Lhokseumawe/ dosen ilmu komunikasi fisipol Universitas Malikussaleh, melakukan penelitian tentang kecakapan digital, digital farming dan smart farming era pertanian 4.0 dalam perspektif mahasiswa pertanian dan alumni pertanian. Penelitian yang didanai oleh Aksi-ADB Universitas Malikussaleh, berlansung selama dua bulan september dan oktober 2022.
Proses observasi, wawancara dan focus group Discustion dengan mahasiswa pertanian dan alumni pertanian, tergambarkan bahwa pada level pemahaman digital, hampir semua relatif memahami sedangkan tengang digital fartming dan smart digital masih belum begitu memahami.
Menurut ketua penelitian Kamaruddin Hasan, penelitian dilakukan untuk mendeskripsikan perspektif mahasiswa dan alumni pertanian dalam melihat peluang dan tantangan era digital farming dan smart farming. Untuk selanjutnya menumbuhkan minat mereka untuk siap menjadi pengusaha pertanian yang kreatif, inovatif, profesional, berdaya saing dan mampu menyerap lapangan pekerjaan sektor pertanian khususnya Aceh.
” saat ini modernisasi pertanian berbasis digital adalah keniscayaan, tentu dengan meningkatnya pengguna internet kalangan milenial, menjadi berpeluang menjadi early adopter teknologi digital di sektor pertanian. Walaupun selama ini, rendahnya pemahaman digital farming dan smart farming karena mayoritas petani kita lulusan sekolah dasar dan sekolah menengah dan rata-rata berumur lebih dari 45 tahun, yang menyebabkan sulitnya beradaptasi dengan teknologi digital. Ketidakberdayaan ketika berhadapan dengan teknologi media digital.ungkapnya.
Menurutnya, sektor pertanian terus bergerak menuju digital farming dan smart farming. Dengan digitalisasi pertanian akan mempermudah monitoring, pemasaran, teknologi dan membantu akselerasi dalam proses produksi. Syaratnya adalah implementasi pemanfaatan media digital secara cerdas dan kritis.
Naiknya jumlah pemuda berminat di sektor pertanian menjadi harapan sekaligus peluang untuk meningkatkan pengembangan dunia pertanian berbasis digital. Tentu hal ini dapat diintegrasikan dalam program-program penyuluhan pertanian oleh milenial dengan syarat mahasiswa pertanian dan alumni memiliki kecakapan digital yang memadai.
Stigma pertanian hanya bagi mereka yang berpendidikan rendah, tampaknya masih ada dan mesti dihilangkan.
Perlu peningkatan pemahaman digital farming dan smart farming kalangan mahaasiawa pertanian. Implementasi digital farming dan smart farming secara maksimal menjadi harapan besar dengan harapan mampu mewujudkan sistem pertanian yang berkelanjutan. (Kuya)