Laporan: Lukfarrazi
Aceh Timur – Ganguan kawanan gajah liar semakin parah di Desa Seumanah Jaya, Kecamatan Ranto Peureulak, akibatnya warga mengalami kerugian miliaran rupiah dalam kurun waktu 10 tahun, karena puluhan hektar kebun warga dengan berbagai jenis tanaman dirusak kawanan gajah.
Gajah yang jumlahnya puluhan ekor memasuki kebun warga secara rutin dalam setiap pekannya, sehingga tanaman warga seperti sawit karet. Pinang, kelapa dan tanaman cabai padi, jagung dan tanaman palawija kerap dirusak di daerah itu,”kata Ardiansah warga setempat yang juga korban konflik gajah, pada Minggu (11/6)
Akibat gangguan gajah warga yang memilki kebun enggan bercocok tanam, sehingga banyak lahan produktif menjadi lahan tidur.
Selain itu banyak pihak LSM seperti Fron Konservasi Loser (FKL), maupun BKSDA berperan menanggulangi gangguan gajah tapi hingga 10 Tahun ini, belum memberikan hasil yang maksimal.
“Pembangunan bariel yang di ditangani FKL juga belum rampung, setiap saya tanya pada FKL dan BKSDA Aceh terkait penanganan gajah berbagai alasan yang mereka sampaikan, kami masyarakat hanya meminta gajah tidak lagi masuk ke ladang kami, agar kami bisa bercocok tanam. dan kami tidak tahu alasan apapun, yang jelas kami sangat kecewa pada pihak BKSDA dan FKL karena tidak mampu menangani ganguan gajah hingga saat ini,” jelas Ardiansah.
Ardiansah juga menyebutkan semestinya mereka FKL dan BKSDA membina masyarakat, dengan memberikan pemahaman pada kami semua, tanaman apa yang dapat ditanam memiliki nilai ekonomi di daerah kami ini, yang menjadi langganan kerusakan gajah,” ini tidak, setiap ditanyai mereka malah menyalakan kami kenapa masarakat menebang hutan, jawaban macam ini,” kata Ardi meniru perkataan Rudi Sahputra Ketua FKL.
Jangan salahkan masyarakat jika mereka berupaya membunuh gajah, karena mereka hanya bisa lakukan itu.
“Jika gajah mati banyak pihak yang mencari pembunuh gajah, untuk di tangkap, tapi jika gajah merusak tanaman kami apa BKSDA dan FKL pernah membayar konpensasi atas kerugian kami,” kata Ardi.
“Kami hanya meminta jaminan kapan BKSDA dan FKL memastikan gajah tidak lagi merusak tanaman kami,hanya ini permintaan kami,”kata Ardi.
Lihat sekarang kondisi ekonomi di tempat kami, semua telah jatuh miskin karena gangguan gajah, siapa yang bertanggungjawab.
Ardi juga mengingatkan kepada FKL agar tidak memanfaatkan konflik gajah sebagai Bisnis, menggaet warga negara asing (turis) ke tempat kami. Karena kami sudah habis kesabaran,” kata Ardiansah.
Kepada BKSDA jika tidak mampu menangani konflik gajah tarik semua pasukan BKSDA biar masyakarat saja yang bertindak membasmi gajah,”kata Ardi
Editor: Ridha kibooo