Laporan: Muhammad
Lhokseumawe – Aliansi Sepuluh Mahasiswa(ASEMA) Melakukan aksi damai di depan rektorat Unimal,reuleut,aceh utara. Kamis (09/11/17)
Aksi dimulai dari pukul 10:00 WIB, dibuka langsung oleh koordinator lapangan Munzir (Teungku Abe) dengan menyampaikan tuntutan mahasiswa kepada pihak rektorat unimal di depan gerbang mengenai beberapa permasalahan yang memang harus di selesaikan secepatnya.
Seusai menyampaikan orasi nya kemudian massa asema bergerak kedepan gedung rektorat sementara karena gedung utama sudah terbakar, kemudian semua anggota asema menyuarakan hak hak mereka sebagai mahasiswa khususnya mahasiswa penerima beasiswa bidikmisi yang sampai hari ini tak kunjung cair.
“Hari ini kampus bagaikan penjara bagi mahasiswa di seluruh indonesia ,mereka di bungkam, mereka ditindas dengan cara terhormat, komersialisasi pendidikan di mana mana para dosen mendidik mahasiswa dengan angka dan nilai hingga kemudian sesudah lulus di perguruan tinggi menjadi direktur menjadi manager itu yang di inginkan pengajar” Ungkapnya
Lanjutnya, Ketika menganalisa sejenak sistem pendidikan kita semakin banyak lulusan perguruan tinggi semakin banyak kesenjangan sosial, bahkan yang lulusan S1 jadi tukang sapu saja susah cari pekerjaan nya, apalagi sistem pendidikan yang bodoh, aneh nya ada lagi produk membodohkan di unimal ini. yang di kejar hanya untuk menjadi yang terbaik bukan yang berkualitas ibarat bahasa pasaran nga papa murahan asal dapat untung besar begitulah yang terjadi di universitas yang ada di indonesia khususnya unimal.
Asema di dalam tuntutanya menulis beberapa poin petisi utama yang harus di selesaikan sesegera mungkin:
1. kejelasan kapan pencairan bidikmisi
2. kejelasan status kamadiksi unimal dan menolak kamadiksi dijadikan ukm
3.Evaluasi kinerja pembantu Rektor 3 unimal
4.mengecam keras supaya Rektor unimal dan petinggi Ormawa untuk tidak menjadikan kampus lahan politik praktis
5.stop pembodohan terhormat dan produk pembodohan yang tidak berkelas
Munzir ,juga menambahkan apabila pihak rektorat unimal tidak segera merealisasi tuntutan mahasiswa maka jangan salahkan mahasiswa jika nantinya terjadi aksi yang lebih besar, bentrokan dan gesekan yang mengakibatkan tindakan anarkisme.
Semua nasib mahasiswa unimal rata rata adalah sama dari golongan masyarakat menengah kebawah dan pendapatan orang tua mereka minim, untuk itu kami akan menunggu sampai batas waktu, jika tidak akan ada aksi kembali karena kebenaran akan terus hidup. Teriaknya lagi
Di dalam closing aksinya munzir (Teungku Abe) mengatakan, Kalo kain merah sudah kami bentangkan itu pertanda darah kami bergejolek karena amarah dalam dada akibat penindasan, kalo kain merah sudah kami bentangkan itulah pertanda sebuah perlawanan, Apalagi yang kau takuti kawan ketakutan hanya lah bayang bayang yang sangat menakutkan, ketika kau tak berani melawan bayang bayang matilah kau dalam proses kehidupan.
Editor:rdk