Oleh: Kamaruddin Hasan dan Furqan
Mengawali tulisan singkat ini, mari kita senantiasa kita bersyukur kepada Allah SWT dengan segala rahmat, karunia dan kasih sayangNya, sehingga kita dapat menjalani kehidupan ini atas ridhaNya. Selawat beriring salam untuk Baginda Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan pengikut yang setia. Beliau yang senantiasa menjadi cahaya, pencerah kebodohan manusia sehingga peradaban manusia mengalami kemajuan pesat hingga saat ini. Ungkapan hadih maja Aceh, ‘ta udeup ngen cahya Nabi, ta mate ngen janji Allah’
Dalam proses perkuliah Program Doktoral Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, kajian Tafsir Tematik Komunikasi yang di bimbing oleh Prof. Dr. H. Zainal Arifin, Lc., MA sekaligus membedah buku beliau yaitu Pengantar Komunikasi Islam perspektif tadabbur Alquran-al-Karim. Pada malam sabtu tanggal 11 November 2022, berkesempatan Ustad Furqan memaparkan materi tentang Etika Berdakwah atau Qaulan Baligha.
Menarik kajian beliau, bahwa etika islam merupakan usaha yang mengatur dan mengarahkan manusia kejenjang akhlak yang luhur dan meluruskan perbuatan manusia dibawah pancaran sinar petunjuk Allah SWT untuk menuju keridhaannya dengan tingkah laku yang baik.
Etika merupakan dunianya filsafat, nilai dan moral. Etika bersifat abstrak dan berkenaan dengan persoalan baik dan buruk. Berbicara termasuk etika moral yang sering dilakukan terutama tentang berinteraksi antara sesama manusia. berbicara tanpa memerhatikan etika dapat mengakibatkan celaka dan tersandung masalah karenanya.
Dalam tafsirnya Al-Mishbah Quraish Shihab banyak membahas tentang etika-etika termasuk salah satunya etika berbicara dalam al-Quran disurah al-Baqarah Ayat 263, yang artinya; “perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik daripada sedekah yang diiringi tindakan yang menyakiti. Allah Mahakaya, Maha Penyantun. M. Quraish shihab dalam tafsir Al Mishbah ini membahas tentang lebih baik memberi sesuatu tanpa berkata apapun daripada memberi tetapi memaki-maki setelahnya.
Al-Quran adalah kitab akidah dan hidayah Allah SWT, menyeru hati nurani untuk menghidupkan didalamnya faktor-faktor perkembangan dan kemajuan serta dorongan kebaikan. Al-Quran merupakan petunjuk bagi umat Islam dalam mengarungi segala aktivitas kehidupannya.
Islam sendiri merupakan agama yang sangat memperhatikan terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Terutama adab dan etika yang sesuai dengan fitrah manusia dengan didasari petunjuk-petunjuknNya yang terdapat dalam Al-Quran
Qaulan Baligha berasal dari kata balagh. Ia dipahami dengan sampainya sesuatu kepada sesuatu yang lain. Juga bisa dimaknai dengan cukup atau kifayah. Dalam istilah ia dimaknai dengan perkataan yang sampai ke dalam jiwa.
Subjek dari perkataan ini adalah para nabi, dai dan muballigh yang bertugas menyampaikan pesan atau risalah Islam. Sedangkan objeknya adalah manusia secara umum termasuk mereka yang kafir, munafik ataupun musyrik dan tentu mukmin secara khusus.
Sebagaimana firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat 256: tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam) sesungguhnya telah jelas (perbedaan) antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat. Barang siapa ingkar kepada Taghut dan beriman kepada Allah, maka sungguh, dia telah berpegang (teguh) pada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus. Allah maha mendengar, maha mengetahui.
Berdasarkan pada Alquran, qaulan baligha merupakan perkataan yang tidak saja disampaikan kepada mukmin atau muslim, tapi ia juga berlaku kepada kaum munafik yang secara lahir menampakkan Islam, tapi hatinya menyatakan kekafiran dan perlawanan kepada Allah.
Perkataan yang membekas pada jiwa atau qalbu dengan menjauhi kemunafikan dalam menasehati. Menasihati berbasis Alquran menjadi bagian penting dari qaulan baligha. Jika nasihat disampaikan dengan baik, maka berkat izin dan hidayah Allah, ia sampai ke dalam hati. Walau tidak ada jaminan, bukan berarti mukmin berpangku tangan dan menyerahkan dakwah Islam kepada nasib.
Pesan taat kepada Allah dan Rasul salah satu terdapat pada Qs. An-nisa ayat 64; “Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul melainkan untuk ditaati dengan izin Allah. Dan sungguh, sekiranya mereka setelah menzalimi dirinya datang kepadamu (Muhammad), lalu memohon ampunan kepada Allah, dan Rasul pun memohonkan ampunan untuk mereka, niscaya mereka mendapati Allah Maha Penerima tobat, Maha Penyayang. Dijelaskan bahwa perkataan yang baligh itu memiliki pesan penting, yaitu taat kepada Allah dan Rasul.
Membekas ke jiwa berkat izin Allah; Perkataan yang baligh itu membekas ke dalam jiwa itu terjadi berkat izin Allah. Izin Allah adalah kata yang membahagiakan, karena dengan ini, nabi Muhammad SAW dan para da’i serta umat Islam tidak merasa kecewa saat dakwah tertolak, atau bahkan caci maki menghampiri dan siksaan menerpa. Selama Allah izin, dalam sekejap kaum kafir berubah dan menjadi muslim dalam Fath Mekkah. Padahal sebelumnya, 13 tahun nabi Muhammad berdakwah, namun hanya menyisakan sedikit manusia yang beriman dan taat kepada Allah.
Perkataan yang baligh itu berpesan bahwa tiada manusia yang sempurna, maka selalu beristighfar dan menebarkan kasih sayang Allah. Istighfar sebagai usaha untuk menghindar dari kesombongan, atau istighfar dari dosa ujub atau dosa maksiat yang pernah dilakukan. Qaulan baligha adalah ucapan dari hati mukmin yang paling dalam, sebagai ungkapan kelemahan diri di atas kesempurnaan Allah.
Bahwa qaulan baligha itu menegakkan kebenaran hingga tidak memberatkan atau haraj. Baligha identik dengan kemudahan, inilah yang membuat manusia masuk ke dalam Islam dan patuh kepada Allah.
Maka, komunikasi islam itu merupakan dakwah dalam arti sesungguhnya. Risalah utamanya adalah menyampaikan Islam yang mudah, rahmat dan ramah. Islam itu memudahkan, tidak menyulitkan. Jelas bahwa qaulan baligha merupakan pesan rasul, nabi, dai dan muballigh untuk umat manusia secara umum dan mukmin secara khusus. Dengan niat berkomunikasi atau berdakwah utamanya adalah ketulusan agar ia sampai atau balagh ke dalam jiwa qalbu. Wallahu a’lam bish-shawab.