Aceh Utara- Dalam upaya meningkatkan produktivitas dan juga pengembangan potensi usaha pertambakan rakyat di Kabupaten Aceh Utara, pola komunikasi dan akses informasi antara pemerintah dan masyarakat petani tambak penting untuk dilakukan.
Proses komunikasi efektif berbasis informatif, efektif, kreatif, inovatif, kolaboratif dan transparan menjadi kunci dalam bagi proses pemberdayaan dan pembangunan masyarakat pesisir khususnya petani tambak di Aceh pada era keterbukaan informasi saat ini, ungkap Kamaruddin salah seorang dosen Universitas Malikussaleh yang sedang melakukan penelitian terkait pola komunikasi antara pemeirntah dan petani tambak di Aceh Utara.
Sebutnya, dalam proses komunikasi pemerintahan untuk memberikan informasi kepada masyarakat mengenai kebijakan, program, dan layanan pemerintah, serta untuk mendengarkan dan memahami masukan dan kebutuhan masyarakat terutama masyarakat kawasan pesisir.
“ Secara umum, petani tambak sampaikan saat ini masih ada yang bergelut dengan masalah modal dan lain sebagainya sehingga belum mampu keluar dari persoalan pengelolaan potensial itu sendiri,” katanya.
Seperti diungkapkan oleh salah seorang petani tambak di Tanah Jambo Aye Sufriamar (44) yang mengatakan, bahwa dirinya merasa perlu kehadiran pemerintah yang selalu ada dalam menjawab berbagai persoalan petani tambak. Seperti masalah pengetahuan pembudidayaan dan lain sebagainya.
“ Kita ingin komunikasi antara pemerintah daerah dalam hal ini dinas terkait dengan petani tambak selalu ada. Sehingga apapun persoalan yang dialami oleh petani tambak dapat terjawab solusinya,”ungkap petani tambak ini.
Selain dari permasalahan tersebut, dampak dari kurangnya komunikasi dan informasi juga berimbas kepada minimnya informasi tentang akses harga komoditi perikanan dan lain sebagainya. Sehinggga mudah dipermainkan harganya oleh pedagang besar.
“Oleh karena itu, akses informasi harga dan lain sebagainya perlu juga menjadi bagian dari pola komunikasi antara petani tambak dan pemerintah,” ungkap petani tambak itu lagi.
Sementara itu, Kamaruddin menjelaskan hasil diskusi dan wawancara pihaknya dengan Sekda Aceh Utara Dr. H. Murtala, M.Si,yang menyebutkan bahwa petani tambak di Aceh Utara selain ketergantungan dengan toke bangku dan pasar luar daerah terutama Sumatera Utara, juga kurangnya akses ke modal dan teknologi termasuk penanggulangi penyakit udang.
“ oleh karena itu, untuk mengatasi permasalahan ini, diperlukan upaya kolaboratif dari pemerintah, lembaga penelitian, organisasi petani tambak, dan masyarakat secara keseluruhan. Langkah-langkah seperti pengelolaan air yang baik, pengembangan pasar yang stabil, pendidikan dan pelatihan yang memadai, serta promosi teknologi pertanian tambak inovatif dapat membantu meningkatkan kesejahteraan petani tambak di Aceh,” ungkap Kamaruddin.