Oleh :
Dr. Drs. T.M. Jamil TA, M.Si
Ilmuwan Politik – USK – Banda Aceh
REALITAS hari ini – di antara nama kandidat presiden yang muncul, Anies yang paling banyak dibicarakan publik. Makin lama, makin populer. Elektabilitasnya pun berpotensi untuk terus naik. Dilihat dari trend selama ini, Anies yang paling berpeluang untuk menjadi Presiden RI 2024-2029. Bagaimana mengkalkulasinya?
Pertama, survei tentang Anies natural, taak ada rekayasa. Survei dilakukan oleh lembaga-lembaga survei yang tidak terikat dan tanpa biaya dari Anies. Bukan survei pesanan. Hasilnya? Tembus dua digit. Padahal, Anies tidak punya tim, selain hanya relawan setia, dan juga belum melakukan branding.
Kedua, masyarakat menaruh harapan besar terhadap Anies. Ini dapat dilihat dari antusiasme publik terhadap Anies. Apapun berita terkait Anies banyak mendapat respon publik. Anda bisa cek di berbagai media. Jika itu Anda lakukan dengan hati yang jujur.
Setiap ada upaya mendiskreditkan Anies, reaksi publik luar biasa besar. Ada semacam “gelombang perlawanan” terhadap mereka yang memusuhi dan menyerang Anies. Mereka “tanpa disadari” telah menjadi pasukan pembela Anies. Dan ini menyebar di berbagai daerah. Ini terjadi secara organik. Tidak ada yang mengendalikan dan menggerakkan. Semua berjalan natural dan tanpa komando.
Ketiga, deklarasi Anies for Presiden begitu cepat merebak dan merata di semua daerah. Relawan Anies sangat banyak dan beragam. Para relawan membentuk sekoci-sekoci masing-masing secara organik. Ada banyak nama relawan Anies, mulai nama ANIES (Aliansi Nasional Indonesia Sejahtera), REKANAN, Sobat Anies, Kawan Anies, ABC (Anies Baswedan Club) yang memiliki relawan di 24 provinsi, Milenial Anies Sulsel dan Sulteng, Satria, ABF (Anies Baswedan Fans), GAS (Gerakan Arek Suroboyo), Rapi (Relawan Anies Presiden Indonesia) Kalimantan, KRPB, Urang Awak Sumbar, Jawara Banten, SiGA4P (Simpul Gerakan Anies For Presiden), dan banyak lagi. Terlalu panjang kalau semua disebutkan satu persatu dalam tulisan ini. Ini menunjukkan bahwa rakyat sedang bergerak secara organik untuk mengupayakan agar Anies di 2024 menjadi pemimpin bangsa.
Keempat, Anies punya begitu banyak konten yang nantinya dapat menjadi modal sosial sekaligus jadi Model untuk diiklankan ke publik. Konten yang dimaksud adalah hasil kerja, prestasi dan penghargaan yang diterima Anies selama lima tahun memimpin Jakarta. Dalam hal ini, Anies terlihat menonjol dan melampaui umumnya kepala-kepala daerah yang lain. Diakui atau tidak, itulah realitasnya.
Kelima, Anies punya kekuatan dalam bernarasi. Ini besar pengaruhnya saat debat capres. Ada lima kali debat capres-cawapres yang diadakan oleh KPU. Mayoritas rakyat akan nonton debat ini. Mereka menyimak dan membincangkan setelahnya. Di warung kopi, obrolan tukang becak, kongkow para petani di sawah, diskusi ringan para pegawai rendahan hingga tingkat manajer dan direktur, semua akan bicara tentang hasil debat. Di sini Anies punya magnet dan kekuatan.
Narasi Anies diprediksi mampu menjangkau hati dan persepsi publik. Saya pribadi, sangat yakin itu terjadi. Sebagai sesama aktivis dan juga berprofesi dosen, saya paham betul keahlian Anies dalam berdebat dan berargumen, tanpa harus marah dan sentimen. Itu sudah cukup sebagai modal sosial bagi Anies untuk menarik rasa simpatik dan kagum para calon pemilih, terutama kawula muda dan generasi milinial yang semakin cerdas.
Debat inilah yang pernah saya jadikan sebagai variabel ketika mengkalkulasi “pilgub DKI 2017”. Sehari sebelum putaran pertama pilgub DKI, saya pernah berdiskusi dengan teman-teman dengan topik : “Ahok Tamat, Anies Berkibar, AHY Pemimpin Masa Depan”. Maksudnya, AHY akan kalah, tapi punya kesempatan untuk masa ke depan. Usia AHY masih muda, akan selalu ada kesempatan jika tidak salah langkah atau ambisius, tentu hanya waktu yang bisa menjawabnya.
Analisis saya soal pilgub DKI 2017 sempat dicibir oleh sejumlah teman sesama aktifis. Saat itu, elektabilitas Anies paling buncit. Jauh dari Ahok dan AHY. Mereka yakin AHY yang akan menang. Faktanya, “sunnatullah” bisa dijelaskan dengan standar ilmiah bahwa Anies Baswedan yang menang. Dalam konteks ini, identifikasi variabel mesti tepat. Tanpa egois dan merasa diri paling benar.
Kepada temen-temen di salah satu group WA yang meyakini Ahok bakal menang, di situ ada Eva Sundari dan Guntur Romli, kami pernah bilang kepada mereka : 1 miliar akan kami siapin kalau Ahok menang. Faktanya, Ahok memang kalah. Ini semata hanya soal kalkulasi yang masing-masing kita punya keyakinan dengan pengetahuan yang kita miliki, tanpa bermaksud mendahului takdir-Nya Allah Yang Maha Kuasa …
Bicara AHY 2017, mirip Ganjar Pranowo saat ini. Elektabilitasnya lumayan tinggi, tetapi rentan dalam realita. Ganjar tidak memiliki pondasi kuat atas elektabilitasnya. Tidak ada kekuatan dalam diri Ganjar yang bisa diiklankan ke publik untuk menaikkan elektabilitasnya. Ganjar butuh support pihak lain, misalnya PDIP atau Pak Jokowi sendiri sebagai orang yang sedang berkuasa.
Tanpa support unsur luar, elektabilitas Ganjar akan stagnan dan tidak akan pernah berubah. Akan segitu-gitu aja. Ganjar bagaikan sebuah kartu mati. Hanya hidup jika disupport pihak lain. Kalau PDIP tidak memberi tiket ke Ganjar dengan semua mesin politiknya, atau Pak Jokowi tidak all out mendukung Ganjar dengan semua akses kekuasaannya, Ganjar sulit untuk bisa diharapkan dan tampil. Biarkanlah sejarah anak bangsa yang akan mencatatnya.
Seperti AHY 2017, elektabilitasnya langsung tinggi, karena berbasis pada dukungan psikologis dan sosiologis. AHY orangnya ganteng, cool dan juga anak SBY (mantan Presiden RI dua periode). Enak untuk dilihat. Secara psikologis, ini daya Tarik tersendiri . Secara sosiologis, AHY keturunan Jawa dan wakilnya juga dari Betawi.
Pemilih di Jakarta paling banyak dari Jawa, dan jumlah warga Betawi juga cukup besar. Saat pasangan AHY-Silvie diumumkan, elektabilitasnya langsung melejit. Tapi, karena elektabilitas ini diperoleh dari unsur luar, maka menjadi sangat rentan dan lemah lesu. Terbukti, elektabilitas AHY kemudian merosot.
Beda dengan Ganjar dan AHY, Anies punya kekuatan di dalam dirinya. Anies punya track record, narasi, kemampuan dalam melahirkan gagasan dan solusi yang melampaui umumnya dari kandidat lain. Anies hanya butuh tiket dan dukungan partai. Kalau syarat ini didapat, Anies akan landing dan meroket. Semoga saja Partai Nasdem, Demokrat dan PKS bersikap Istiqamah.
Mengacu pada Lima alasan di atas cukup untuk dapat mengatakan bahwa Hasil Survey tanpa pesanan berdasarkan data dan realitas sosial, Anies paling berpeluang dan potensial untuk menjadi presiden RI 2024-2029. In Sya Allah, Aamiin Yaa Rabbal ‘Alamin.
Banda Aceh, 03 Maret 2023