Aceh Utara — Di tengah kesibukan penanganan banjir yang melanda sejumlah kabupaten/kota, Pelabuhan Krueng Geukueh tetap beroperasi sebagai jalur vital bagi kebutuhan kemanusiaan dan aktivitas ekonomi daerah. Pada awal pekan ini, sebanyak 7.300 MT minyak sawit mentah (CPO) produksi Aceh resmi diberangkatkan menuju Jepang.Pengiriman tersebut merupakan capaian penting bagi PT Aceh Makmur Bersama (AMB), yang terus mempertahankan produktivitas di tengah situasi darurat. Walau pelabuhan difungsikan sebagai pusat pengumpulan logistik bagi warga terdampak banjir, kegiatan ekspor tetap berjalan dengan pengaturan operasional yang disiplin dan terukur.
Proses pemuatan CPO ditangani oleh Pelindo Regional 1 Lhokseumawe, dengan tenaga kerja lokal yang menjadi penggerak utama aktivitas lapangan.
General Manager Pelindo Regional 1 Lhokseumawe – Aulia Rahman
“Krueng Geukueh sekarang memikul dua fungsi sekaligus: mendukung bantuan bagi masyarakat terdampak banjir dan menjaga agar arus ekspor tetap bergerak. Kami memastikan fasilitas pelabuhan tetap beroperasi optimal, sehingga kebutuhan kemanusiaan dan kepentingan ekonomi daerah dapat berjalan beriringan.”Deputy Branch Manager Pendukung Operasi – Mildawaty Noer
“Keterlibatan SDM lokal menjadi kekuatan utama dalam proses ekspor ini. Mereka bekerja dengan standar keselamatan yang terukur meski situasi di luar pelabuhan masih belum sepenuhnya pulih. Bagi kami, menjaga kualitas layanan berarti juga menjaga keberlangsungan pekerjaan bagi masyarakat sekitar.”
Di tengah situasi darurat, keberhasilan ekspor CPO memberikan dorongan moral bagi masyarakat Aceh. Selain menciptakan nilai tambah bagi daerah, aktivitas ini turut memastikan rantai usaha sawit tetap bergerak dan menghidupi banyak keluarga.
Sinergi yang terbangun antara pelaku usaha, operator pelabuhan, dan pemerintah diharapkan dapat memperkuat pemulihan Aceh pasca banjir—mendorong keseimbangan antara kebutuhan kemanusiaan dan keberlanjutan ekonomi.





