Menukar Pedas Cabai dengan Sepiring Harapan

oppo_2

Tak banyak yang tahu, cabai itu telah menempuh perjalanan berliku dan penuh tantangan dari Pondok Baru, Kabupaten Bener Meriah yang melintasi Gunung Salak dengan jalannya kini tak lagi ramah.

Akhir November lalu, banjir bandang melanda Aceh dan mengubah banyak hal. Jalan utama yang biasa dilalui kendaraan dengan tenangnya, kini longsor dan terputus. Akses keluar-masuk ke daerah penghasil komoditas pertanian di Aceh tersebut menjadi tersendat.

Di rumah, hasil pertanian melimpah, namun di pasar lokal tak ada cukup pembeli. Di sisi lain, beras dan sembako kian sulit didapat. Karena akses jalan yang terputus akibat musibah besar beberapa pekan lalu. Dalam kondisi itulah M. Amin memilih berangkat, menyusuri jalur penuh tantangan, mempertaruhkan tenaga dan waktu demi satu tujuan sederhana. yakni, menukar hasil kebun dengan kebutuhan dapur untuk keluarganya.

Setibanya di Lhokseumawe, Amin menjajakan cabai keriting berkualitas terbaik dengan harga Rp25 ribu per kilogram. Harga yang, bagi sebagian orang, mungkin terasa murah. Namun bagi Amin, yang penting bukan angka, melainkan kepastian.

“Kalau cabai ini habis, saya bisa bawa pulang beras, minyak makan dan kebutuhan sembako lainya,” ujarnya singkat, sembari melayani pembeli.

Tak ada rencana bermalam. Begitu dagangan ludes, ia segera kembali ke Bener Meriah dengan sembako di punggung sepeda motornya sebagai bekal untuk hari-hari yang belum pasti. Sejak jalan terputus, memperoleh bahan makanan menjadi perjuangan tersendiri.

Sementara itu, ladang tetap berbuah. Ironisnya, kelimpahan justru memaksa petani seperti Amin menjual dengan harga rendah, demi memastikan keluarga tetap bisa makan.

Di lapak kecilnya, Muhammad Amin mengajarkan makna dan ketahanan yang sunyi. Bahwa di balik pedas cabai yang kita beli, ada perjalanan panjang, doa yang dipanjatkan di tikungan gunung, dan harapan yang ditukar per kilogram. Cabai itu bukan sekadar bumbu, ia adalah jembatan antara ladang yang subur dan meja makan yang harus tetap terisi.(Muchlis Gurdhum)

-----------

Simak berita pilihan dan terkini lainnya di Google News

Pos terkait