Keadilan dan Memaafkan: Solusi Islam dalam Meredam Konflik Sosial
Konflik dan Kezaliman merupakan bagian tak terhindarkan dalam kehidupan sosial.
Namun Islam hadir menawarkan solusi berimbang antara keadilan dan kasih sayang. Namun
Islam sebagai Rahmatal lil ‘alamin tidak hanya hadir dengan aturan hukum yang kaku, tetapi
juga membekali umatnya dengan prinsip-prinsip etis dan spiritual untuk menghadapi kenyataan
ini secara bijak.Dalam Q.S Asy-Syura ayat 40-43
وَجَزٰٓؤُا سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِّثۡلُهَاۚ فَمَنۡ عَفَا وَاَصۡلَحَ فَاَجۡرُهٗ عَلَى اللّٰهِؕ اِنَّهٗ لَا يُحِبُّ الظّٰلِمِيۡنَ ٤٠
وَلَمَنِ انْتَصَرَ بَعۡدَ ظُلۡمِهٖ فَاُولٰٓٮِٕكَ مَا عَلَيۡهِمۡ مِّنۡ سَبِيۡلٍؕ ٤١
اِنَّمَا السَّبِيۡلُ عَلَى الَّذِيۡنَ يَظۡلِمُوۡنَ النَّاسَ وَ يَبۡغُوۡنَ فِى الۡاَرۡضِ بِغَيۡرِ الۡحَقِّؕ اُولٰٓٮِٕكَ لَهُمۡ عَذَابٌ اَلِيۡمٌ ٤٢
وَلَمَنۡ صَبَرَ وَغَفَرَ اِنَّ ذٰلِكَ لَمِنۡ عَزۡمِ الۡاُمُوۡر ٤٣
”Dan balasan suatu keburukan adalah keburukan yang setimpal. Tetapi barangsiapa
yang memaafkan dan berbuat baik (kepada orang yang berbuat jahat), maka pahalanya dari
Allah. Sungguh, dia tidak menyukai orang-orang zalim .Tetapi orang-orang yang
membela diri setelah dizalimi, tidak ada alasan untuk menyalahkan mereka
Sesungguhnya kesalahan hanya ada pada orang-orang yang berbuat zalim kepada manusia
dan melampaui batas di atas bumi tanpa (mengindahkan) kebenaran. Mereka itu mendapat
siksaan yang pedih. Tetapi barangsiapa bersabar dan memaafkan,sungguh yang demikian
itu termasuk perbuatan yang mulia .”
Makna keadilan dalam ayat ini bukan sekedar pembalasan, tapi juga pemulihan
hubungan dan mencegah kezaliman berulang. Bahkan, mereka yang memilih sabar dan
memberi maaf dipuji Allah sebagai pemilik akhlak mulia dan kekuatan spiritual yang tinggi.
Dikisahkan dari sekedar hukum, Islam menawarkan pendekatan etika dan ruhani. Dalam
konteks keadilan sosial masa kini, ayat-ayat ini mengajarkan bahwa penyelesaian konflik harus
mengutamakan keseimbangan, kasih sayang, dan keadaban. Karena pada akhirnya, keadilan
yang disinari dengan kasih sayang adalah fondasi kokoh masyarakat yang damai dan beradab.
Sebuah masyarakat yang tidak hanya menuntut keadilan dalam pengertian hukum, tetapi juga
memahami bahwa memaafkan adalah kekuatan yang mampu meredam dendam dan menyembuhkan luka sosial.
Memaafkan bukan kelemahan. Ia adalah kekuatan. Dan inilah cara Islam mendidik
umatnya membangun masyarakat adil dan bermartabat. Masyarakat adil dan bermartabat
bukanlah masyarakat tanpa konflik, tetapi masyarakat yang mampu menyikapi konflik dengan
kepala dingin dan hati yang lapang.
Peristiwa turunnya ayat ini juga terkait dengan pengalaman para sahabat, seperti kisah
Abu Bakar Ash-shiddiq yang difitnah oleh salah satu kerabatnya. Awalnya beliau marah dan
sempat bersumpah dan tidak lagi memberi bantuan. Namun setelah ayat ini turun, beliau sadar
dan akhirnya memaafkan orang tersebut serta melanjutkan bantuannya. Peristiwa ini
menunjukkan bagaimana Al-qur’an membimbing umat Islam dalam bersikap adil dan penuh
kasih sayang, bahkan dalam situasi yang sangat emosional sekalipun.
Nilai ideal moral yang terkandung dalam surah Asy-Syura ayat 40-43:
keutamaan memaafkan dan berbuat baik. Meskipun membalas itu diperbolehkan, ayat ini
mengajarkan kita bahwa memberi maaf dan memperbaiki hubungan adalah sikap yang lebih
utama. Allah menjanjikan pahala khusus bagi orang yang memilih untuk memaafkan dan tidak
membalas kezaliman. Ini menanamkan nilai luhur berupa pengendalian diri, belas kasih, dan
upaya merawat perdamaian sosial.
Kenapa memaafkan dan berbuat baik kepada orang yang berbuat jahat fahalanya
langsung dapat dari Allah?
Karena fahalanya bukan dari manusia,kalau dari manusia itu udah verbal umum udah
biasa, dan kalau dapat fahala langsung dari Allah itu spesial luar biasa, karena sesuatu itu tidak
bisa diharapkan dari manusia, makanya balasannya dapat langsung dari Allah bukan dari
manusia.
Rasulullah SAW sendiri adalah teladan tertinggi dalam hal memaafkan. Dalam
peristiwa fathu Makkah, ketika beliau berhasil menguasai kota Mekah, para musuh yang dulu
menyiksa dan mengusirnya datang dalam ketakutan. Namun Rasulullah bersabda: “pergilah,
kalian semua bebas”. Sebuah tindakan yang menyentuh hati dan menunjukkan kekuatan
seorang pemimpin sejati, kuat, namun memilih memberi maaf.
Dalam konteks masyarakat modern, nilai-nilai ini sangat relevan. Di tengah
meningkatnya konflik sosial, polarisasi, dan budaya saling balas di media sosial maupun di
dunia nyata, semangat ayat ini perlu dihidupkan kembali. Kita butuh keadilan yang tidak
membabi buta, dan kearifan untuk memaafkan yang tidak berarti lemah. Jika ini diterapkan dalam kehidupan sehari-hari baik dalam keluarga, komunitas hingga skala negara. Maka akan
lahir tatanan masyarakat yang damai, toleran, dan saling menghargai. Inilah wajah Islam yang
sebenarnya: adil dalam hukum, lembut dalam hati.(ita)
keadilan dan memaafkan:sosial Islam dalam meredam konflik sosial
