BERSIKAP BIJAK KEPADA ORANG non-MUSLIM DI DALAM SURAH AL-MUMTAHANAN AYAT 4

Di tengah kehidupan global dalam masyarakat yang beragam, menuntut umat islam untuk mampu berinteraksi secara bijak dengan pemeluk agama lain. Agama islam telah mengajarkan tata cara bergaul yang harmonis antarumat beragama tanpa mengorbankan prinsip keimanan. Surah Al-Mumtahanah ayat 4 menjadi panduan penting tentang cara bersikap terhadap non-Muslim. Ayat ini tidak hanya mencontohkan sikap Nabi Ibrahim, tetapi juga menjelaskan Batasan dalam hubungan dengan mereka, baik dari segi akhlak maupun prinsip keimanan.
(Surah Al-Mumtahanah Ayat 4 dan Terjemahan)
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِيْٓ اِبْرٰهِيْمَ وَالَّذِيْنَ مَعَهٗۚ اِذْ قَالُوْا لِقَوْمِهِمْ اِنَّا بُرَءٰۤؤُا مِنْكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِۖ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاۤءُ اَبَدًا حَتّٰى تُؤْمِنُوْا بِاللّٰهِ وَحْدَهٗٓ اِلَّا قَوْلَ اِبْرٰهِيْمَ لِاَبِيْهِ لَاَسْتَغْفِرَنَّ لَكَ وَمَآ اَمْلِكُ لَكَ مِنَ اللّٰهِ مِنْ شَيْءٍۗ رَبَّنَا عَلَيْكَ تَوَكَّلْنَا وَاِلَيْكَ اَنَبْنَا وَاِلَيْكَ الْمَصِيْرُ (٤)
Artinya: Sungguh,,telah ada suri teladan yang baik bagimu pada ibrahim dan orang orang yang Bersama dengannya, Ketika mereka berkata kepada kaumnya, “Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah, kami mengingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu ada permusuhan dan kebencian untuk selama-lamanya sampai kamu beriman Allah saja,” kecuali perkataan ibrahim kepada ayahnya, “Sungguh aku akan memohonkan ampunan bagimu, namun aku sama sekali tidak dapat menolak (siksaan) Allah terhadapmu,” (Ibrahim berkata), “Ya Tuhan kami, hanya kepada Engkau kami bertawakal dan hanya kepada Engkau kami bertobat dan hanya kepada Engkau kami kembali.
Dari konteks historis dan asbabun nuzul Berdasarkan berbagai riwayat, ayat ini diturunkan sebagai petunjuk bagi umat islam dalam menyikapi orang-orang non-Muslim yang bersikap netral dan tidak memusuhi dakwah Nabi. Di sisi lain, ada juga kelompok penyembah berhala yang secara terang-terangan memerangi dan menghalangi penyebaran islam. Pada situasi seperti inilah Allah memberikan contoh sikap teladan Nabi Ibrahim, sebagai panduan untuk mempertahankan keyakinan dengan tegas, namun tetap bersikap adil dan tidak memusuhi tanpa alasan yang jelas.
Para ahli tafsir seperti Ibn Katsir, Al-Qurtubi, dan Quraish shihab memaparkan bahwa ayat ini menggambarkan ketegasan Nabi Ibrahim dalam menentang penyembahan berhala, namun di sisi lain tetap membuka peluang perdamaian bagi mereka yang tidak memusuhinya. Beberapa nilai yang dapat di ambil antara lain: 1) prinsip kesetiaan pada tauhid (al-wala’ wa al- bara), di mana Nabi Ibrahim dan pengikutnya menolak segala bentuk kemusyrikan tanpa melakukan kezaliman terhadap kaumnya, menegaskan pentingnya mempertahankan akidah dengan cara yang tepat. 2) keteladanan (Uswah Hasanah) yang tercermin dari sikap beliau yang tetap berpegang pada prinsip kebenaran namun disampaikan dengan kebijakan dan kelembutan, jauh dari sikap kebencian atau fanatisme buta. 3) Pendekatan dialog yang kritis namun santun, sebagaimana terlihat dalam ungkapan “Inna bura’a’u minkum” (kami berlepas diri dari kalian), yang menegaskan penolakan terhadap keyakinan mereka, bukan terhadap nilai kemanusiaan.
Apasih yang Dimaksud Bersikap Bijak Kepada non-Muslim itu?
Bijak di dalam ayat al-mumtahanah ayat 4 artinya menetapkan sesuatu pada tempatnya. Dimana kita harus bisa membedakan antara non-Muslim yang hidup damai dan bersikap toleransi, umat islam di anjurkan untuk berbuat baik, bersikap adil, serta membangun hubungan yang harmonis. Sebaliknya, jika ada kelompok non-Muslim yang memusuhi, menyerang, atau memerangi umat islam, maka islam memerintahkan untuk bersikap tegas, waspada, dan membela diri sebagai bentuk perlindungan terhadap agama dan hak-hak kaum muslimin. Oleh karena ketegasan terhadap musuh agama bukanlah bentuk kebencian, melaikan keadilan dalam menegakkan kebenaran. Sebaliknya, sikap lemah terhadap mereka yang jelas-jelas memerangi Islam menunjukkan ketidakbijaksan, karena tidak sesuai dengan prinsip keimanan umat islam. Maka dalam kehidupan Masyarakat yang beragam ini umat islam harus mengambil sikap sesuai dengan konteks dan kondisi.
Ideal Moral yang Terkandung Dalam (Q.S Al-Mumtahanah ayat 4)
Komitmen Terhadap Tauhid dan Iman Walaupun ada Tekanan Sosial: Keteguhan dalam beriman selalu ditandai dengan sikap berani, di Tengah desakan untuk mengikuti arus mayoritas, orang-orang yang beriman itu harus memilih untuk tetap kokoh memegang kebenaran. Surah Al-Mumtahanah ayat 4 menegaskan bahwa kesetiaan pada tauhid tidak boleh dikorbankan, sekalipun harus menghadapi tekanan sosial, bahkan pengorbanan atau ikatan keluarga. Nabi Ibrahim dan para pengikutnya adalah contoh abadi mereka tidak mau mengikis keyakinannya hanya untuk hidup nyaman. Inilah hakikat menjadi hamba Allah SWT, tetap teguh dalam iman, meski dunia sekelilingnya menolak.

NAMA: Putri Yulian Tika Mahasiswa Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Universitas Islam Negeri Sultanah Nahrasiyah Lhokseumawe

-----------

Simak berita pilihan dan terkini lainnya di Google News

Pos terkait