Danton Wanita dari Peusangan Selatan Tunjukkan Kepemimpinan Tangguh di Lomba Barbaris di Wilayah Kodim 0111 Bireun

Zonamedia. Co|BIREUEN–Ada yang berbeda di ajang Lomba Baris-Berbaris (PBB) tingkat SMA/SMK sederajat se-Kabupaten Bireuen tahun ini. Di tengah derap langkah tegas dan komando lantang para peserta, satu pasukan menarik perhatian juri dan penonton: pasukan dari SMA Negeri 1 Peusangan Selatan yang dipimpin oleh seorang komandan peleton (danton) wanita, Nisaul Khaira.

Nisaul bukan sosok biasa. Gadis berprestasi ini adalah alumni Paskibraka Provinsi Aceh tahun 2024, sebuah kehormatan yang hanya diberikan pada mereka yang terpilih melalui seleksi ketat dan disiplin tinggi. Pengalamannya di level provinsi menjadikannya figur yang matang dalam memimpin, meski usianya masih belia. Ia memimpin barisan dengan suara komando yang tegas namun terukur, postur tegap, dan tatapan penuh percaya diri karakter yang jarang ditemukan pada danton wanita di ajang sebesar ini.

“Menjadi pemimpin bukan soal gender, tapi soal kemampuan dan mental,” ujar Nisaul ketika ditemui usai sesi lomba. Kalimat sederhana ini menyiratkan filosofi kepemimpinan yang ia pegang: profesionalisme di atas stereotip.

*Keberanian yang Mematahkan Pola Umum*

Dari puluhan SMA/SMK yang berpartisipasi, hampir semuanya menempatkan laki-laki sebagai danton. Namun, Peusangan Selatan justru memilih berbeda. Keputusan ini bukan tanpa risiko, sebab stereotip tentang kepemimpinan militer di tingkat pelajar sering kali memihak pada suara lantang dan penampilan maskulin.

Namun, langkah ini membuahkan daya tarik tersendiri. Nisaul berhasil mematahkan anggapan bahwa danton wanita akan kesulitan menjaga kekompakan pasukan. Justru, pasukannya terlihat solid, ritmis, dan penuh energi. Sejumlah penonton bahkan memberi tepuk tangan panjang di tengah jalannya sesi gerakan variasi, sebuah apresiasi yang jarang terjadi di lomba formal seperti ini.

*Momentum Perayaan HUT RI ke-80*

Lomba PBB yang berlangsung di wilayah Kodim 0111/Bireuen ini merupakan rangkaian perayaan Hari Ulang Tahun ke-80 Republik Indonesia. Mengusung tema “Bersatu Berdaulat, Rakyat Sejahtera, Indonesia Jaya”, acara ini menjadi wadah bagi generasi muda untuk menunjukkan kedisiplinan, kekompakan, dan semangat kebangsaan.

Di balik seremoni resmi, kehadiran danton wanita seperti Nisaul memberi warna baru pada peringatan kemerdekaan. Ia membuktikan bahwa nilai perjuangan tidak hanya diwarisi, tetapi juga dihidupkan kembali dengan adaptasi zaman, termasuk dalam membuka ruang yang sama bagi perempuan di bidang yang identik dengan ketegasan fisik.

*Opini: Jejak Kepemimpinan yang Menginspirasi*

Sebagai seorang guru, saya melihat kiprah Nisaul Khaira sebagai potret nyata perubahan paradigma kepemimpinan di tingkat pelajar. Keberaniannya bukan sekadar mengesankan di arena lomba, tapi juga memberi pesan kuat bahwa kesetaraan gender bisa terwujud di ruang-ruang yang selama ini terkotak secara tradisional.

Di tengah sorotan yang sering kali lebih fokus pada kemenangan dan peringkat, Nisaul mengingatkan kita bahwa inovasi dalam kepemimpinan justru sering lahir dari keberanian untuk tampil berbeda. SMA Negeri 1 Peusangan Selatan tidak hanya mengirimkan tim untuk bersaing, tetapi juga mengirimkan pesan moral: bahwa kesempatan memimpin layak diberikan kepada siapa pun yang mampu, tanpa memandang jenis kelamin.

Hasil akhir lomba mungkin akan menentukan siapa yang terbaik secara teknis. Namun bagi saya khususnya kami, dan mungkin bagi banyak penonton pagi itu, SMA Negeri 1 Peusangan Selatan sudah menang di hati public karena mereka berani mempercayakan komando kepada seorang gadis muda yang membuktikan bahwa disiplin dan keberanian tidak mengenal batas gender.

Penulis: *Dr (c) Muslem Ilyas, M. Pd*

-----------

Simak berita pilihan dan terkini lainnya di Google News

Pos terkait