Pentingnya Etika Komunikasi Digital, Dosen Unimal Berikan Pelatihan

LHOKSEUMAWE | Sejumlah Dosen fisip Universitas Malikussaleh (Unimal), Kabupaten Aceh Utara, Provinsi Aceh, dengan peserta program pengabdian kepada masyarakat (PkM) sepakat saat ini sedang terjadi Darurat Etika Digital dalam masyarakat terutama kalangan generasi muda khususnya Aceh. Kesimpulan ini muncul dalam sesi diskusi program pengabdian kepada masyarakat (PkM) yang dilakukan oleh Unimal, sebagai bentuk kepedulian dunia kampus terhadap literasi digital khususnya budaya dan etika digital generasi muda, dengan mengusung tema implementasi budaya dan etika digital kalangan muda, yang dilaksanakan pada Rabu (20/8/2025) di kampus Bukit Indah, Kota Lhokseumawe.

Ketua tim pengabdian masyarakat, Kamaruddin Hasan Kuya, menjelaskan bahwa sejak awal 2023, sejumlah sinyal menunjukkan bahwa Aceh mulai menyadari adanya darurat etika digital di kalangan generasi muda, mengkhawatirkan kerusakan moral dan etika di era digitalisasi ini.

“Memang, muda cakap digital mesti terus digalakan agar masyarakat, terutama generasi muda, minimal menekankan pentingnya think before posting. Dengan penguatan pilar literasi digital, seperti kecakapan digital, etika digital, budaya digital, dan keamanan digital. Minimal mampu memilih konten positif, dan jaga reputasi digital untuk masa depan,” ungkap Kuya.

Apalagi ada wacana pembatasan usia untuk membuat akun sosial media digagas oleh Menteri Komunikasi dan Digital serta didukung tokoh Aceh, tujuannya tentu untuk melindungi generasi muda dari konten negatif seperti kekerasan, pornografi, dan ujaran kebencian. Termasuk seruan untuk kolaborasi negara, keluarga, dan sekolah dalam meningkatkan literasi digital.

“Implemantasi digital culture dan digital Ethics secara leaning by doing kalangan anak muda dalam pemanfaatan digitalisasi mampu melahirkan konten-konten yang bermanfaat, berbudaya lokal, kearifan lokal dan beretika. Penguasaan digitalisasi secara baik dan benar mampu menghadirkan peluang kerja inovatif dan kreatif,” terang Kuya

Diharapkan, dengan program ini mampu meminimalisir konten-konten yang melenceng dari kearifan lokal Aceh seperti nilai-nilai Syariat Islam dan hukum Islam serta adat istiadat dan budaya. Mengingat masifnya dampak buruk dari media digital beraplikasi pada penggunanya, ada ketidakberdayaan ketika berhadapan dengan teknologi media digital diakibatkan lemahnya adaptasi digital, yang berakibat pada meningkatnya budaya konsumtif, passsengers, materialistisme, individualisme, budaya pop, hedonisme dan low culture dikalangan anak muda.

Program pengabdian kepada masyarakat (PkM) menghadirkan nasumber sekaligus fasilitator diksusi yaitu Zahari, Jafaruddin, Masriadi Sambo, muchlis dan Kamaruddin hasan.

Narasumber menitikberatkan pada penentuan strategi literasi digital dengan memakai pendekatan inocculationist yang berupaya memproteksi diri sejak dini dari hal-hal yang kurang bermanfaat dari dunia digital.

Pendekatan inocculationist berfungsi dalam penguatan dan memahami dunia digital secara baik dan benar. Implementasi pemanfaatan media digital secara cerdas dan kritis. Paradigma kritis menjadi pilihan..

-----------

Simak berita pilihan dan terkini lainnya di Google News

Pos terkait