Prof Stella dan Kajian Ilmu Kognitif

Oleh: Kamaruddin Hasan

Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka resmi melantik dan memimpin langsung pengucapan sumpah jabatan Menteri Kabinet Merah Putih, total 136 pejabat negara terlengkap untuk menempati posisi menteri, wakil menteri, kepala Lembaga atau badan, staf khusus serta utusan khusus presiden di Kabinet Merah Putih di Istana Negara Jakarta, pada Senin 21 Oktober 2024.

Dalam bidang Pendidikan kabinet merah putih, Kemendikbud Ristek menjadi tiga nomenklatur kementerian yakni Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, kemudian Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah dan Kementerian Kebudayaan.

Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi di tunjuk Prof. Satryo Soemantri Brodjonegoro, menggantikan menduduki posisi Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim yang telah habis masa jabatannya. Profil Prof. Satryo sebagai senior dalam dunia Pendidikan Tinggi tentu tidak diragukan lagi. Beliau pernah menjabat sebagai Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) pada tahun 1999-2007 dan saat ini ia aktif sebagai dosen tamu di bidang teknis mesin di Toyohashi University of Technology, Jepang dan ITB.

Nah..yang menarik adalah wakilnya Prof. Satryo yaitu Prof. Stella Christie yang secara resmi juga telah dilantik menjadi Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi. Prof. Stella menjadi sorotan publik karena reputasi akademiknya yang brilian di usia muda hingga menjadi profesor di Tsinghua University, China jurusan ‘cognitive science’nya.

Prof. Stella begitu sapaan akrabnya, merupakan ahli Ilmu kognitif ternama di kancah internasional. Dia menyandang status associate professor with tenure di Universitas Tsinghua sejak 2018. Merangkum dari berbagai sumber, Stella lahir di Medan, 11 Januari 1979. Ia menamatkan gelar sarjananya dari Fakultas Psikologi di Harvard University periode 1999-2004. Ia kemudian meraih gelar doktoral di Northwestern University pada tahun 2010.

Prof. Stella, pernah menduduki posisi serupa di Swarthmore College, Amerika Serikat pada 2018. Karier Stella semakin meroket dengan profesor psikologi dan guru besar di Tsinghua University sejak tahun 2018 sampai sekarang. Ia turut menjadi pendiri dan direktur Pusat Kognitif Anak Tsinghua. Stella tercatat banyak mengeluarkan jurnal yang berkaitan dengan bidang keilmuannya. Misalnya, Journal of Cognition and Development pada 2010. Penelitian tersebut berhasil meraih artikel terbaik dalam Editor’s Choice Award.

Kontribusi Prof Stella dalam bidang cognitive science, sebagai Ilmuwan cognitive science yang secara umum dapat dideskripsikan ilmu interdisipliner tentang bagaimana berpikir, tentang otak, tentang bagaimana pikiran yang memastikan manusia dan juga hewan dan juga AI. Setelah Christie yang merupakan guru besar telah lama meneliti di bidang cognitive science. Bahkan dia telah menghasilkan begitu banyak kontribusi tentang pemahaman manusia tentang kecerdasan. Menariknya, riset yang ia lakukan bukan hanya memperdalam pengetahuan dalam bidang akademik. Namun, mampu membuka jalan untuk berinovasi dalam berbagai bidang, mulai dari pendidikan hingga teknologi.

Pertanyaan mendasar menurut Prof Stella tentang kajian Cognitive Science, yang mendorongnya mempelajari kajian cognitive science, antara lain; “Mengapa kita cerdas? Hipotesisnya adalah kita cerdas karena kita berpikir secara relasional. Dari memahami kata-kata seperti mother dan bigger hingga operasi matematika untuk membaca peta, mengetahui hubungan sangatlah penting.

Prof. Stella juga menuliskan tujuan penelitiannya, dengan memetakan aspek fundamental kognisi, pikiran relasional dalam tiga jalur investigasi yaitu Keadaan awal, apa hubungan dasar yang dimiliki manusia dan/atau hewan lain. Alat pembelajaran, bagaimana kita belajar menjadi pemikir relasional dan Aplikasi-pikiran relasional social, bagaimana kita memperoleh dan memproses hubungan sosial yang kompleks.

Ilmu Kognitif mulai berkembang pada pertengahan abad ke-20, terutama dengan kemunculan teori komputer yang membantu menjelaskan pemrosesan informasi dalam otak. Perkembangan ini sangat dipengaruhi oleh teori Information Processing yang menyamakan kerja otak manusia dengan komputer. John McCarthy, seorang ilmuwan komputer, bersama dengan tokoh-tokoh lain seperti Herbert Simon dan Noam Chomsky, turut berkontribusi dalam membentuk pendekatan baru untuk mempelajari proses mental.

Mengutip dari Britannica, ilmu kognitif atau cognitive science merupakan bidang ilmu yang mempelajari tentang pemikiran dan kecerdasan manusia. Ilmu ini menggabungkan berbagai disiplin seperti psikologi, linguistic, komunikasi, filsafat, ilmu komputer, kecerdasan buatan, ilmu saraf, dan antropologi. Istilah “kognitif” mengacu pada berbagai jenis pemikiran, seperti persepsi, pemecahan masalah, pembelajaran, pengambilan keputusan, penggunaan bahasa, dan pengalaman emosional. Kajian bidang interdisipliner yang mempelajari proses mental seperti persepsi, memori, bahasa, komunikasi, dan pengambilan keputusan. Disiplin ini menggabungkan berbagai perspektif dari psikologi, linguistik, komunikasi, ilmu komputer, filsafat, dan neurobiologi untuk memahami bagaimana manusia dan atau beberapa mesin berpikir, belajar, dan memahami dunia.

Dalam buku “Cognitive Science: An Introduction to the Study of Mind” karya Jay Friedenberg dan Gordon Silverman, ilmu kognitif diartikan sebagai studi interdisipliner ilmiah tentang pikiran yang menggabungkan beberapa bidang seperti filsafat, psikologi, linguistik, komunikasi, kecerdasan buatan, robotika, dan ilmu saraf. Lebih lanjut, ilmu kognitif tidak mencakup semua disiplin ilmu secara keseluruhan, melainkan hanya fokus pada kolaborasi antar disiplin ilmu untuk memecahkan masalah terkait pikiran.

Stanford Encyclopedia of Philosophy mengartikan ilmu kognitif sebagai studi interdisipliner tentang pikiran dan kecerdasan, yang mencakup filsafat, psikologi, kecerdasan buatan, ilmu saraf, linguistic, komunikasi, dan antropologi. Studi ini pertama kali muncul pada pertengahan 1950-an ketika para peneliti di beberapa bidang mulai mengembangkan teori-teori tentang pikiran. Pada tahun 1970-an, organisasi Cognitive Science Society dibentuk, dan sejak saat itu mulai banyak Universitas yang menyediakan bidang cognitive science sebagai jurusan, sebagaimana dikutip dari Stanford Encyclopedia of Philosophy.

John Hopkins University dan Cornell University, mendefinikan ilmu kognitif adalah studi tentang pikiran dan otak manusia. Ilmu kognitif ini berfokus pada bagaimana pikiran merepresentasikan dan memanipulasi pengetahuan dan bagaimana representasi dan proses mental diwujudkan dalam otak. Ilmu kognitif ini menyelidiki persepsi, tindakan, bahasa, komunikasi, pengetahuan, pengembangan, dan pemikiran dari berbagai perspektif-teoretis, eksperimental, dan komputasional-dengan tujuan untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang kognisi manusia dan hakikat sistem cerdas.

Cognitive Science merupakan ilmu interdisipliner yang mempelajari bagaimana pikiran otak manusia dalam memahami, berpikir, belajar, serta berinteraksi. Dalam hal ini, para ilmuwan akan berusaha untuk menguraikan cara otak dalam memproses informasi. Ilmu ini juga menggabungkan berbagai disiplin ilmu seperti psikologi, linguistik, komunikasi, kecerdasan buatan, filsafat, ilmu saraf, hingga antropologi. Selain itu, ilmu ini juga memainkan peran kunci dalam pengembangan kecerdasan buatan (AI) dan machine learning. Mengutip Kemdikbud RI, ilmu ini juga memahami bagaimana otak bekerja. Ilmu itu memberikan landasan untuk menciptakan sistem cerdas yang dapat meniru atau mendukung fungsi kognitif manusia.

Menurut Gardner, 1985, Ilmu Kognitif, sering disebut juga sebagai “science of the mind,” adalah ilmu yang berfokus pada fungsi internal otak yang memungkinkan seseorang untuk memperoleh, memproses, dan menyimpan informasi. Ilmu kognitif mempelajari berbagai aspek yang berkaitan dengan mental manusia, seperti persepsi, perhatian, dan Bahasa/komunikasi, serta mencoba menguraikan bagaimana proses-proses ini berfungsi.

Jadi apa saja yang dipelajari dalam cognitive science, dalam studi yang mempelajari tentang persepsi yang berkaitan tentang panca indra dan memori. Cognitive science merupakan salah satu ilmu yang mempelajari bagaimana manusia memperoleh, menyimpan, dan menggunakan informasi. Para peneliti banyak yang mempelajari pemecahan masalah dan mengambil keputusan dengan ilmu tersebut dalam menganalisis situasi dan memilih di antara berbagai opsi berdasarkan informasi yang tersedia. Uniknya, cognitive science juga mempelajari bahasa atau komunikasi, yang merupakan salah satu kemampuan paling kompleks manusia, termasuk hubungan antara struktur bahasa, pemrosesan bahasa, dan dasar saraf bahasa.

Subdisiplin utama dalam Ilmu Kognitif, psikologi kognitif, meneliti proses mental melalui eksperimen dan metode empiris, seperti memori, perhatian, dan pengambilan keputusan. Linguistik dan komunikasi, mempelajari bahasa sebagai sistem komunikasi manusia. Noam Chomsky menjadi tokoh utama yang mempelajari kemampuan bahasa dan gramatika secara mendalam.

Ilmu komputer berfokus pada Artificial Intelligence (AI) dan Machine Learning, mencari cara untuk mereplikasi dan meniru cara berpikir manusia. neurosains, mempelajari struktur dan fungsi otak yang mendasari kognisi manusia melalui teknologi pencitraan otak seperti fMRI dan EEG. Kecerdasan buatan (AI) dan pemodelan kognitif, bidang yang sangat berkaitan dengan ilmu kognitif karena berusaha meniru atau mensimulasikan kecerdasan manusia menggunakan mesin.

Dalam hal ini, pemodelan kognitif adalah pendekatan untuk mereplikasi proses kognitif dalam bentuk model komputasional yang menggambarkan bagaimana manusia berpikir dan belajar. Termasuk Ilmu saraf kognitif yang berfokus pada dasar biologis dari proses kognitif. Penelitian dalam bidang ini sering kali menggunakan teknologi seperti pencitraan resonansi magnetik fungsional dan elektroensefalografi untuk mengamati aktivitas otak selama proses kognitif berlangsung. Ilmu saraf kognitif mencoba menghubungkan proses mental dengan struktur dan fungsi otak.

Aplikasi dan aspek penting ilmu kognitif, meluas ke banyak bidang, seperti pendidikan, kesehatan, teknologi (AI) dan lainnya. Aspek penting dalam kajian ini mencakup persepsi, proses kognitif yang memungkinkan individu untuk menginterpretasikan dan memahami informasi sensorik yang diterima dari lingkungan. Ilmuwan kognitif tertarik pada bagaimana otak mengubah rangsangan sensorik menjadi pengalaman yang bermakna. Memori, mencakup proses penyimpanan, pemeliharaan, dan pengambilan informasi.

Memori dikategorikan ke dalam beberapa jenis, seperti memori jangka pendek, jangka panjang, dan memori kerja. Penelitian ini mencoba memahami bagaimana informasi dikodekan, disimpan, dan diakses serta bagaimana gangguan pada memori dapat terjadi. Bahasa atau komunikasi, mempelajari bagaimana manusia memahami, menghasilkan, dan memperoleh Bahasa dan berkomunkasi. Kajian ini mencakup sintaksis, struktur kalimat,, semantic, makna), dan pragmatik dalam konteks komunikasi. Noam Chomsky, salah satu pelopor dalam linguistik atau komunikasi kognitif.

Pemecahan masalah dan pengambilan keputusan, kemampuan individu untuk menemukan solusi atas situasi atau permasalahan yang dihadapi. Ilmu kognitif mengeksplorasi cara otak merencanakan, menganalisis, dan membuat keputusan berdasarkan informasi yang tersedia. Kajian dalam area ini berfokus pada cara manusia merumuskan strategi dan pilihan dalam menghadapi berbagai situasi.

Jadi, adakah milenial yang ingin mengikuti jejak Prof Stella belajar cognitive science? Semoga bermanfaat.

Penulis adalah dosen Ilmu Komunikasi Fisipol Unimal.

 

-----------

Simak berita pilihan dan terkini lainnya di Google News

Pos terkait