Wisuda di Kampus Wakaf: Mengalir Ilmu Menuju Peradaban

Oleh: Prof. Dr. dr. Rajuddin, Sp.OG(K), Subsp.FER
Guru Besar Universitas Syiah Kuala; Ketua IKA UNDIP Aceh dan Sekretaris ICMI Orwil Aceh

Setiap upacara wisuda selalu menjadi peristiwa yang melampaui sekadar seremoni kelulusan. Itu adalah momen peradaban, titik temu antara ilmu, iman, dan tanggung jawab sosial. Di balik toga dan ijazah tersimpan perjalanan panjang tentang kerja keras mahasiswa, doa tulus Orang Tua, dan pengabdian para Dosen yang tak kenal lelah.

Wisuda adalah pengingat bahwa ilmu sejati tidak berhenti di ruang kuliah, melainkan menuntut untuk hidup, tumbuh, dan berbuah dalam amal. Pada 28 Oktober 2025, Universitas Almuslim kembali menorehkan sejarah penting melalui pelaksanaan wisuda yang menjadi tonggak kemajuan dan kebanggaan kampus wakaf umat, lembaga pendidikan yang berdiri kokoh di bawah naungan Yayasan Almuslim Peusangan.

Di usia yang semakin matang, universitas ini meneguhkan jati dirinya sebagai lembaga pendidikan yang memadukan kemuliaan ilmu dengan keikhlasan pengabdian. Almuslim sebagai lembaga pendidikan yang memadukan kemuliaan intelektual dengan keikhlasan moral, tempat di mana kecerdasan bertemu dengan ketulusan hati, ilmu dipahami, dihayati sebagai jalan menuju kemaslahatan umat.

Saat ini, Universitas Almuslim menaungi delapan fakultas dan satu program profesi, dengan total 35 program studi: empat program magister, tiga profesi, dua puluh tujuh sarjana, dan satu diploma. Dari sisi mutu, kampus ini telah meraih Akreditasi Institusi “B” dari BAN-PT, dengan rincian: satu program studi berakreditasi Unggul, enam belas program studi berakreditasi Baik Sekali, enam program studi berakreditasi Baik.

Ada dua prodi baru dengan akreditasi pertama yaitu Pendidikan Kedokteran serta Pendidikan Profesi Dokter. Sebagaimana disampaikan Rektor Dr. Marwan, capaian ini merupakan hasil kerja kolektif seluruh sivitas akademika yang terus menanamkan nilai keikhlasan di tengah keterbatasan.

Perkembangan tersebut menjadi cermin kepercayaan publik yang kian menguat. Hingga 2025, Universitas Almuslim mencatat 8.580 mahasiswa aktif, termasuk 2.209 mahasiswa baru tahun akademik 2025/2026. Selain itu, kampus ini juga dipercaya oleh Direktorat GTK Kemendikdasmen untuk menyelenggarakan Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) bagi sekitar 4.000 peserta dari seluruh Indonesia.

Ilmu, Iman, dan Tanggung Jawab Sosial.

Ilmu pengetahuan sejatinya tidak dapat tumbuh tanpa akar iman dan orientasi moral. Di kampus seperti Universitas Almuslim, ilmu tidak hanya dipelajari, tetapi dihayati sebagai ibadah. Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim)

Hadis ini menjadi ruh pendidikan di kampus wakaf umat. Ditegaskan bahwa, menuntut ilmu adalah perjalanan spiritual, bukan sekadar proses intelektual. Wisuda bukanlah garis akhir, melainkan gerbang tanggung jawab baru. Setiap lulusan dipanggil bukan hannya untuk bekerja, tetapi untuk menghidupkan nilai-nilai kebenaran dan kemanusiaan dalam profesinya.

Di tengah dunia yang berubah cepat, ilmu tidak cukup hanya dikuasai tetapi harus dihidupkan. Future Jobs Report 2025 yang dirilis World Economic Forum mencatat bahwa dalam lima tahun ke depan akan muncul 170 juta jenis pekerjaan baru, namun 92 juta pekerjaan lama akan hilang. Pergeseran ini mengajarkan bahwa dunia kerja masa depan bukan ditentukan oleh gelar, tetapi oleh kreativitas, empati, dan kemampuan beradaptasi.

Karena itu, lulusan Almuslim baik dari Fakultas Keguruan, Teknik, Kesehatan, maupun Ilmu Komputer ditantang untuk menjadi pelopor inovasi, bukan pengikut perubahan. Ilmu yang tidak memberi manfaat sosial hanyalah pengetahuan yang beku. Sebaliknya, ilmu yang berdenyut dalam pengabdian akan menjadi amal jariyah yang tidak terputus.

Kampus Wakaf, Kampus Peradaban.

Keistimewaan Universitas Almuslim bukan hanya pada jumlah mahasiswanya atau deretan akreditasi prodi, tetapi pada roh wakaf yang menghidupinya. Kampus ini berdiri dari semangat kolektif Masyarakat, sebuah cita luhur bahwa pendidikan harus menjadi milik umat, bukan milik individu. Dari tanah Peusangan yang sederhana, kampus ini bercita besar: mencetak generasi berilmu tinggi, berakhlak mulia, dan berjiwa pengabdi.

Filosofi wakaf menjadikan kampus ini berbeda dari banyak perguruan tinggi lainnya. Ia tidak mengejar keuntungan materi, melainkan keberlanjutan amal dan keberkahan ilmu. Di sinilah letak kekuatan moral Universitas Almuslim, kampus yang tidak hanya melahirkan sarjana, tetapi juga membentuk manusia merdeka yang sadar akan tanggung jawab sosialnya.

Cita-cita ini semakin relevan di tengah krisis global ketika dunia membutuhkan sosok ilmuwan yang memiliki kepakaran sekaligus nurani. Ilmu tanpa nilai hanya akan menghasilkan kecerdasan yang kering, sedangkan nilai tanpa ilmu hanya melahirkan semangat tanpa arah. Universitas Almuslim mencoba memadukan keduanya: menjadikan ilmu sebagai cahaya dan iman sebagai arah.

Dari Kampus ke Masyarakat.

Perkembangan kampus mencerminkan kepercayaan publik yang terus tumbuh. Hingga tahun 2025, Universitas Almuslim mencatat 8.580 mahasiswa aktif, termasuk 2.209 mahasiswa baru tahun akademik 2025/2026. Kampus ini juga dipercaya oleh Direktorat GTK Kemendikdasmen untuk mendidik sekitar 4.000 mahasiswa PPG dari seluruh Indonesia. Menunjukkan bahwa kampus telah menembus batas regional, menjadi aset nasional.

Namun, tanggung jawab yang lebih besar menanti. Kampus wakaf ini perlu memperkuat kemandirian ekonomi agar keberlanjutan pengabdian dapat terjaga. Rektor Dr. Marwan menegaskan pentingnya unit bisnis produktif berbasis sosial, seperti pengelolaan perkebunan sawit, riset pangan, dan inovasi digital. Semua diarahkan agar Universitas Almuslim tidak hanya mendidik, tetapi juga memberdayakan.

Kepercayaan adalah amanah. Karena itu, Universitas tidak berhenti hanya pada pencapaian administratif, tetapi terus memperkuat fondasi akademik, spiritual, dan sosial. Sebagaimana pesan dalam QS. Ar-Ra’d ayat 11: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, sampai mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri.”

Penutup.

Universitas Almuslim telah menapaki perjalanan panjang dari kampus rakyat di Peusangan hingga menjadi pusat pendidikan unggulan di Aceh. Namun, sebagaimana pesan para pendiri, kemuliaan kampus tidak diukur dari megahnya gedung atau banyaknya gelar, melainkan dari berapa banyak cahaya ilmu yang menerangi kehidupan umat.

Wisuda bukanlah puncak, tetapi awal dari pengabdian baru. Setiap lulusan membawa amanah besar: menjadikan ilmu sebagai jalan ibadah, dan profesi sebagai ladang amal. Karena hakikatnya, tanggung jawab sarjana bukan hanya pada dirinya, tetapi pada masyarakat yang menanti kebermanfaatannya.

“Air jernih mengalir perlahan, membasuh bumi memberi kehidupan. Hari ini akhir sebuah perjalanan, tapi awal untuk perjuangan dan pengabdian.” Pantun penutup dari Rektor Marwan, menjadi simbol harapan bahwa ilmu yang mengalir tidak akan kering selama ia terus memberi kehidupan. Dari kampus wakaf untuk peradaban. Dari Universitas Almuslim untuk melahirkan insan berilmu, beriman, dan beramal. (email:rajuddin@usk.ac.id)

-----------

Simak berita pilihan dan terkini lainnya di Google News

Pos terkait